April 07, 2012

tugas bu nanik

berawal dari tugas bu Nanik, tugas mengarang bebas akhirnya nemuin kisah yang pas.. enjoy for it :) 
 Mungkin hanya sekedar guru, tapi aku sangat mengaguminya. Guru yang mengajar dalam bidang pengetahuan alam, fisika. Bagiku fisika menjadi salah satu pelajaran yang tak kusukai sejak aku duduk di kelas 7 dulu. Entah apaa alasanku saat aku duduk di kelas 9, aku mulai mempelajari segala rumus fisika. Mungkin memang karena faktor guru yang mengajar fisika saat aku duduk di kelas 9 dan ini adalah salah satu pelajaran yang menentukan masa depan ku setelah aku lulus SMP.

Aku merasa mendapat dorongan yang kuat dari guru fisika ku. Beliau bernama Sopar Lumbantoruan, biasa kami panggil pak Sopar :) Beliau tidak hanya sebagai guru fisika di kelas ku, tapi dia juga sebagai Wali Kelas yang kami sayangi. Tidak hanya itu saja, beliau juga berperan sebagai Ayah dari salah satu sahabatku. Beliau sosok yang memiliki sifat yang rendah hati, tegas dan berwibawa. Saat pelajaran fisika berlangsung untuk pertama kali di kelas 9, beliau menerapkan beberapa peraturan, salaah satunya adalah siapa yang menguap saat pelajaran berlangsung, dia harus menempelkan bibirnya di stopkontak alias mencium stopkontak, mungkin lelucon tapi peraturan ini benar benar di laksanakan.
Suatu kebanggaan bagiku dan teman temanku karena dapat bertemu sosok beliau. Aku bangga karena mendapat beberapa ilmu darinya, tidak hanya rumus fisika. Aku bangga menjadi salah satu muridnya, walaupun aku bukan murid yang pandai dalam bidang yang diajarnya. Aku bangga pada beliau, walau begitu ingatan beliau sangat kuat melebihi ingatan kami murid muridnya.. Dan satu hal tepenting Aku bangga dapat mengenal sosok beliau.
Saat itu, beliau sempat sakit dan dirawat di Rumah Sakit, lambungnya terluka. Aku dan 2 temanku menjenguk keadaannya. Saat kami tiba disana, ternyata beliau sedang diluar ruangan. Keadaannya tidak memprihatinkan. Kami tenang melihat keadaannya dengan begitu beliau bias kembali mengajar kami.
Hari demi hari berganti, tak terasa perpisahan kelas pun kini datang. Saat perpisahan berlangsung, kami harus menampilkan kemampuan dan kekompakan kami di depan guru guru. Tiba giliran kelasku, kami semua hanya bernyanyi dan menari seada - adanya, kami tarik beliau untuk menari bersama kami.. Dia menari dan tertawa lepas bersama kami. Walau persiapan kami jauh berbeda dengan kelas lain tak di sangka kelas kami mendapat juara III. Dan semua telah berlalu, entah kapan terakhir aku bertemu beliau.. Kami semua melanjutkan kehidupan kami masing - masing, yaitu menjadi siswa siswi SMA.
Tak ku sangka saat aku baru duduk di kelas 10, aku mendapat kabar bahwa beliau sakit dan dirawat di rumah sakit. Saat itu aku dan teman teman yang lainnya merencanakan untuk menjenguk beliau, kami bertiga menemukan waktu yang tepat untuk menjenguk beliau. Saat kami tiba, tak semulus yang kami pikirkan.. Kami datang  pada jam besuk rumah sakit, jadi aku dan yang lainnya belum bisa masuk keruangan beliau. Tapi istri beliau baik sekali, satu persatu kami dibawanya masuk dengan berbagai alasan yang diberikan ke security. Perasaan takut mulai menghantuiku, aku memang memiliki rasa takut yang amat dalam jika menjenguk seseorang di Rumah Sakit. Bisa dibilang trauma.

Akhirnya aku memberanikan diri, ternyata beliau masih bugar, tidak seperti kakekku yang keadaannya menyedihkan dan menimbulkan trauma pada diriku. Kami berbincang bincang dan berdoa bersama untuk kesehatan beliau. Kami pamit pulang kepada beliau saat kami sudah merasa tenang dengan keadaannya sekarang.

Hari hari kami jalanin seperti biasa, layaknya siswi SMA. Tak lama dari hari besuk kami kemarin, aku mendapat kabar yang sama, beliau sakit dan dirawat dirumah sakit lagi. Aku dan yang lainnya merencanakan untuk membesuk beliau. Saat sampai dan tiba di waktu dan tempat, tepatnya di rumah sakit siang hari, tak kusangka sekarang kedaan beliau semakin kritis. Ku lihat badannya kering keronta, ada alat yang dimasukkan kedalam hidungnya, entah apa istilah kedokteran tapi aku meyebutnya selang transfusi darah, matanya cekung kelam. Aku mendadak menangis, tidak hanya aku, teman temanku semuanya menangis melihat keadaan beliau. Disana aku dan yang lainnya tak berlama lama. Kami semua berbaris untuk berpamitan kepada beliau, aku sangat takut tp aku sangat menyayangi dia. Saat aku memegang tangannya ku titipkan salam terakhir ku, hanya sedikit kata yang ku ucap untukya yaitu "cepet sembuh ya pak"  dan dia hanya bisa membalas dengan senyumannya. Saat kami ingin pulang, kami bertemu dengan anak beliau, kakak sahabatku juga, dia hanya meminta sebuah doa untuk kesehatan beliau.
Saat itu adalah saat terakhirku bertemu dengan beliau, terakhir berbicara kepada beliau, dan terakhir melihat senyuman beliau. Tak kusangka ternyata aku mendapat kabar yang sangat duka. Saat itu aku sedang di rumah nenekku, aku tidak membawa handphone, disana aku online bersama dengan kakak sepupuku, saat aku membuka akun facebook banyak sekali kabar bahwa beliau telah meninggal dunia. Aku tak percaya akan hal itu, aku berpikir bahwa itu adalah kabar miring. Karena dalam hati kecilku, ada kepercayaan bahwa beliau akan sembuh. Menjelang sore aku pulang kerumahku. Saat tiba dirumah, aku mencari handphone ku dan saat handphone ku menyala, beberapa pesan masuk yang menyatakan bahwa beliau telah meninggalkan kami semua. Sebelum pesan itu, aku menerima sms dari sahabatku yang juga anak dari beliau, dia meminta doa padaku karena dokter telah memvonis sesuatu yang tak diinginkan sahabatku. Isi pesan riris, anak beliau kepadaku “kris.. doain bokap gue yaa, dokter udah bilang sesuatu yang gak bisa gue terima” itulah yang kuingat. Tapi vonis dokter benar, Pak Sopar benar – benar meninggalkan kita semua. Air mataku tak tertahankan, jatuh membasahi pipiku. Kabar itu membuatku sedikit tak percaya, sesosok guru yang telah ku banggakan kini telah pergi. Aku hanya bisa berdoa untuk beliau. Inilah kisah akhir dari ceritaku tentang sesosok guru yang telah pergi meninggalkan dunia, dan sesosok guru yang aku banggakan. Sekarang aku merindukan sosok beliau yang senang bergurau bersama kami murid muridnya, rindu mendengarkan rumus rumus yang disebutkan kata demi kata, rindu keluh kesah saat mengajar kami dan semua hal yang ada dalam dirinya. Selamat jalan pak Sopar, doa kami selalu menyertaimu.

3 comments: