berawal dari tugas bu Nanik, tugas mengarang bebas akhirnya nemuin kisah yang pas.. enjoy for it :)
Mungkin
hanya sekedar guru, tapi aku sangat mengaguminya. Guru yang mengajar dalam bidang
pengetahuan alam, fisika. Bagiku fisika menjadi salah satu pelajaran yang tak
kusukai sejak aku duduk di kelas 7 dulu. Entah apaa alasanku saat aku duduk di
kelas 9, aku mulai mempelajari segala rumus fisika. Mungkin memang karena
faktor guru yang mengajar fisika saat aku duduk di kelas 9 dan ini adalah salah
satu pelajaran yang menentukan masa depan ku setelah aku lulus SMP.
Aku merasa mendapat dorongan yang kuat dari guru fisika ku. Beliau bernama
Sopar Lumbantoruan, biasa kami panggil pak Sopar :) Beliau tidak hanya sebagai
guru fisika di kelas ku, tapi dia juga sebagai Wali Kelas yang kami sayangi.
Tidak hanya itu saja, beliau juga berperan sebagai Ayah dari salah satu
sahabatku. Beliau sosok yang memiliki sifat yang rendah hati, tegas dan
berwibawa. Saat pelajaran fisika berlangsung untuk pertama kali di kelas 9,
beliau menerapkan beberapa peraturan, salaah satunya adalah siapa yang menguap
saat pelajaran berlangsung, dia harus menempelkan bibirnya di stopkontak alias
mencium stopkontak, mungkin lelucon tapi peraturan ini benar benar di
laksanakan.
Suatu kebanggaan bagiku dan teman temanku karena dapat bertemu sosok beliau.
Aku bangga karena mendapat beberapa ilmu darinya, tidak hanya rumus fisika. Aku
bangga menjadi salah satu muridnya, walaupun aku bukan murid yang pandai dalam
bidang yang diajarnya. Aku bangga pada beliau, walau begitu ingatan beliau
sangat kuat melebihi ingatan kami murid muridnya.. Dan satu hal tepenting Aku
bangga dapat mengenal sosok beliau.
Saat
itu, beliau sempat sakit dan dirawat di Rumah Sakit, lambungnya terluka. Aku
dan 2 temanku menjenguk keadaannya. Saat kami tiba disana, ternyata beliau
sedang diluar ruangan. Keadaannya tidak memprihatinkan. Kami tenang melihat
keadaannya dengan begitu beliau bias kembali mengajar kami.
Hari
demi hari berganti, tak terasa perpisahan kelas pun kini datang. Saat
perpisahan berlangsung, kami harus menampilkan kemampuan dan kekompakan kami di
depan guru guru. Tiba giliran kelasku, kami semua hanya bernyanyi dan menari
seada - adanya, kami tarik beliau untuk menari bersama kami.. Dia menari dan
tertawa lepas bersama kami. Walau persiapan kami jauh berbeda dengan kelas lain
tak di sangka kelas kami mendapat juara III. Dan semua telah berlalu, entah
kapan terakhir aku bertemu beliau.. Kami semua melanjutkan kehidupan kami
masing - masing, yaitu menjadi siswa siswi SMA.
Tak
ku sangka saat aku baru duduk di kelas 10, aku mendapat kabar bahwa beliau sakit
dan dirawat di rumah sakit. Saat itu aku dan teman teman yang lainnya
merencanakan untuk menjenguk beliau, kami bertiga menemukan waktu yang tepat
untuk menjenguk beliau. Saat kami tiba, tak semulus yang kami pikirkan.. Kami
datang pada jam besuk rumah sakit, jadi
aku dan yang lainnya belum bisa masuk keruangan beliau. Tapi istri beliau baik
sekali, satu persatu kami dibawanya masuk dengan berbagai alasan yang diberikan
ke security. Perasaan takut mulai menghantuiku, aku memang memiliki rasa takut
yang amat dalam jika menjenguk seseorang di Rumah Sakit. Bisa dibilang trauma.
Akhirnya
aku memberanikan diri, ternyata beliau masih bugar, tidak seperti kakekku yang
keadaannya menyedihkan dan menimbulkan trauma pada diriku. Kami berbincang
bincang dan berdoa bersama untuk kesehatan beliau. Kami pamit pulang kepada
beliau saat kami sudah merasa tenang dengan keadaannya sekarang.
Hari
hari kami jalanin seperti biasa, layaknya siswi SMA. Tak lama dari hari besuk kami
kemarin, aku mendapat kabar yang sama, beliau sakit dan dirawat dirumah sakit
lagi. Aku dan yang lainnya merencanakan untuk membesuk beliau. Saat sampai dan
tiba di waktu dan tempat, tepatnya di rumah sakit siang hari, tak kusangka
sekarang kedaan beliau semakin kritis. Ku lihat badannya kering keronta, ada
alat yang dimasukkan kedalam hidungnya, entah apa istilah kedokteran tapi aku
meyebutnya selang transfusi darah, matanya cekung kelam. Aku mendadak menangis,
tidak hanya aku, teman temanku semuanya menangis melihat keadaan beliau. Disana
aku dan yang lainnya tak berlama lama. Kami semua berbaris untuk berpamitan
kepada beliau, aku sangat takut tp aku sangat menyayangi dia. Saat aku memegang
tangannya ku titipkan salam terakhir ku, hanya sedikit kata yang ku ucap
untukya yaitu "cepet sembuh ya pak" dan dia hanya bisa membalas dengan
senyumannya. Saat kami ingin pulang, kami bertemu dengan anak beliau, kakak
sahabatku juga, dia hanya meminta sebuah doa untuk kesehatan beliau.
Saat
itu adalah saat terakhirku bertemu dengan beliau, terakhir berbicara kepada
beliau, dan terakhir melihat senyuman beliau. Tak kusangka ternyata aku
mendapat kabar yang sangat duka. Saat itu aku sedang di rumah nenekku, aku
tidak membawa handphone, disana aku online bersama dengan kakak sepupuku,
saat aku membuka akun facebook banyak
sekali kabar bahwa beliau telah meninggal dunia. Aku tak percaya akan hal itu,
aku berpikir bahwa itu adalah kabar miring. Karena dalam hati kecilku, ada
kepercayaan bahwa beliau akan sembuh. Menjelang sore aku pulang kerumahku. Saat
tiba dirumah, aku mencari handphone
ku dan saat handphone ku menyala,
beberapa pesan masuk yang menyatakan bahwa beliau telah meninggalkan kami
semua. Sebelum pesan itu, aku menerima sms
dari sahabatku yang juga anak dari beliau, dia meminta doa padaku karena dokter
telah memvonis sesuatu yang tak diinginkan sahabatku. Isi pesan riris, anak
beliau kepadaku “kris.. doain bokap gue yaa, dokter udah bilang sesuatu yang
gak bisa gue terima” itulah yang kuingat. Tapi vonis dokter benar, Pak Sopar
benar – benar meninggalkan kita semua. Air mataku tak tertahankan, jatuh
membasahi pipiku. Kabar itu membuatku sedikit tak percaya, sesosok guru yang
telah ku banggakan kini telah pergi. Aku hanya bisa berdoa untuk beliau. Inilah
kisah akhir dari ceritaku tentang sesosok guru yang telah pergi meninggalkan
dunia, dan sesosok guru yang aku banggakan. Sekarang aku merindukan sosok
beliau yang senang bergurau bersama kami murid muridnya, rindu mendengarkan rumus
rumus yang disebutkan kata demi kata, rindu keluh kesah saat mengajar kami dan
semua hal yang ada dalam dirinya. Selamat jalan pak Sopar, doa kami selalu
menyertaimu.
terharu gw bacanya kris,jadi inget pak sopar lagi :(
ReplyDeletekrisnaaaaaaaaaaaaaaaa:((
ReplyDeleteeriska : iyaaa samaaaa
ReplyDeleteriris : maaf yaaa maaf :D :*